AKU, dan SAHABATKU
Persahabatan yang
dimulai sejak SMP, tepatnya saat kelas 2. Syafi’i dan Tiara. Syafi’i adalah
seorang cowok yang kalem, cuek, dan pendiam. Berbanding terbalik dengan sifat
Tiara yang ceria, supel, dan bawel.
Persahabatan mereka
dimulai dengan pertengkaran kecil yang terjadi saat masuk kelas. “Hei, ngapain
loe duduk ditempat gue ?” sapa Tiara. Kemudian Syafi’i hanya terdiam melihat
sikap Tiara yang kurang baik dengannya. “Kenapa loe diam aja ?! loe tuli ya ??
pindah sana, ini tempat gue”. Tanpa berkata Syafi’i langsung pindah ke bangku
yang ada dibelakangnya. Tiara langsung duduk dan bergumam dalam hati “dasar
cowok aneh, pagi-pagi udah bikin orang kesel !!”.
Pagi itu adalah pagi
yang sangat menyebalkan untuk Tiara. Tapi rasa kesal Tiara hilang seketika
ketika melihat seorang cowok manis yang masuk ke dalam kelas dengan gaya yang
cool. Dia adalah Amri, cowok termanis disekolah dan disukai oleh cewek-cewek
satu sekolah sekaligus mantan kekasih Tiara. Waktu awal jadian dengannya, Tiara
sama sekali tidak membayangkan bisa pacaran dengan cowok cool itu, namun
hubungan mereka kandas ditengah jalan karna Tiara merasa tidak cocok dengan
Amri. Amri pun menjadi memori yang mengesankan dalam ingatan Tiara.
“kriiiiiiiinngg !!!!”
bel pun berbunyi, semua murid langsung duduk ditempatnya masing-masing dan guru
pun masuk kelas untuk memulai pelajaran. Tiba-tiba terdengar sebuah suara dari
arah belakang tempat duduk Tiara “ssssssssstt”, Tiara pun menoleh ke belakang
dan ternyata suara itu berasal dari cowok yang tadi pagi membuatnya bad mood.
“kenapa loe ?” dengan nada yang kesal tapi pelan karna saat itu guru sedang
menjelaskan materi. Syafi’i pun mulai berbicara “maaf ya, soal yang tadi pagi”,
Tiara pun menjawab dengan singkat “ya”. Lalu Tiara membalikkan posisinya
seperti semula dan tersenyum.
Akhirnya ini cowok mau
ngomong juga, gumam Tiara. Karna selama satu tahun mereka sekelas, Syafi’i
terkenal sebagai cowok yang pendiam dikelas, dan itu adalah pertama kalinya
Tiara berbicara dengan Syafi’i walau pembicaraan mereka sangat singkat.
Sejak saat itu mereka
mulai saling berbicara, dan kemudian akrab. Malah semakin hari, mereka terlihat
semakin akrab dan itu membuat teman-teman dikelas mereka bingung. “Tiara, ko’
loe bisa akrab sama Syafi’i ?” tanya Lia salah satu teman kelas. “gue juga gak
tau, kenapa tiba-tiba bisa akrab gtu sama dia, padahal awalnya gue sebel banget
sama di, eeh tiba-tiba malah jadi akrab” jawab Tiara. Dengan nada bercanda Lia berkata “awas loe ra, nanti
lama-lama jadi suka” hehehe... Tiara membalas “apaan si loe”.
Tiara sama sekali tidak berpikir tentang yang Lia bicarakan padanya,
karna memang perasaan Tiara terhadap Syafi’i hanya sebatas teman dekat, namun
untuk ke depannya pun Tiara tidak tahu apakah nanti perasaannya berubah menjadi
cinta atau tetap menganggap Syafi’i sebagai teman dekatnya.
Semenjak dekat dengan Syafi’i, hampir setiap hari mereka selalu
mengobrol serta diselingi canda tawa yang menghiasi wajah mereka. Ada saja
topik yang Tiara dan Syafi’i bicarakan dan mereka berdua tidak pernah bosan
satu sama lain. Suatu ketika “Ra, Tiaraaaaaaa, sini deh bentar” sapa Lia.
“kenapa Li ??” sahut Tiara sambil mendekati Lia. Kemudian Lia berkata “tau gak
ra ? kan Syafi’i suka sama loe”. Kemudian Tiara terdiam dengan wajah yang penuh
rasa tidak percaya. “iiihh ra, loe ko’ diem aja sih ? kaget ya dengernya ? loe
tuh harus percaya ra sama gue, Syafi’i emang beneran suka sama loe”. Lia terus
saja berbicara, sementara Tiara hanya berkata “ooohh”. Lia pun kesal dengan reaksi
Tiara dan akhirnya Lia pergi meninggalkan Tiara.
Tiara masih terdiam dan memikirkan perkataan Lia. “apa mungkin dia suka
sama gue ?. aaaaaa…. Kayaknya ga mungkin deh” , kata Tiara dalam hatinya. Lalu
Tiara menghampiri Syafi’i dan berkata “hei,, bengong aja nih, lagi mikirin apa
sih loe ?”. Syafi’i tersenyum dan berkata “gpp ko’, hahaha”. Tiara hanya
membalas dengan senyuman dan dia langsung pergi.
Semenjak saat itu, Tiara selalu memperhatikan Syafi’i. Setelah beberapa
lama Tiara memperhatikan Syafi’i, ternyata memang benar Syafi’i suka dengan
dirinya. Itu terlihat dari cara Syafi’i memperlakukan Tiara beda dengan dia
memperlakukan teman-teman cewek yang lain di kelas. Contohnya : Tiara memang
terkenal sebagai cewek yang jail, nah ketika itu Tiara mencoret-coret bukunya
Syafi’i. Kemudian saat Syafi’i tau kalau ternyata bukunya dicoret-coret oleh
Tiara, Syafi’i hanya berkata “dasar iseng (sambil tersenyum)”. Namun, jika
bukunya dicoret-coret oleh teman yang lain, Syafi’i agak terlihat kesal
wajahnya. Masih banyak perlakuan Syafi’i yang menunjukan bahwa dirinya menyukai
Tiara.
Saat itu Tiara yakin bahwa Syafi’i menyukainya, namun perasaan Tiara
dengan Syafi’i biasa-biasa aja. Disatu sisi, Tiara merasa senang bahwa dirinya
ada yang suka, tapi disisi lain Tiara tidak bisa membalas perasaan Syafi’i.
Tiara tidak pernah bertanya langsung kepada Syafi’i, tentang perasaan Syafi’i
terhadapnya. Tiara hanya menyimpannya dengan rapi dihatinya.
Tak terasa waktu cepat sekali berlalu dan akhirnya tibalah saatnya bagi
murid-murid kelas 3 SMP untuk melakukan acara perpisahan. Saat itu Tiara sedih
karna harus berpisah dengan teman-teman yang selama tiga tahun selalu
bersama-sama. Kesedihan Tiara makin terlihat, manakala dia harus berpisah
dengan sahabatnya yang ia kenal 2 tahun lalu yaitu Syafi’i. Di acara tersebut
Tiara dan Syafi’i terlihat tidak saling berbicara, mereka berdua sama-sama
terdiam dan keduanya memperlihatkan raut kesedihan yang tampak terlihat jelas
diwajah mereka, karna keduanya menyadari bahwa mereka akan berpisah. Tanpa
pamit dengan Syafi’i, Tiara langsung pergi meninggalkan acara tersebut. Menurut
Tiara, acara perpisahan itu adalah acara yang kurang mengesankan, karna Syafi’i
tidak menyapa atau mengucapkan apa-apa kepadanya.
Semenjak acara perpisahan itu, Tiara dan Syafi’i tidak pernah bertemu
selama dua tahun. Mereka berdua tidak pernah mengetahui kabar atau keadaan satu
sama lain. Tiara kadang memikirkan bagaimana keadaan Syafi’i yang selama dua
tahun ini tidak ada kabarnya, namun Tiara tidak tahu apakah Syafi’i juga
memikirkan keadaan dirinya, yang jelas Tiara ingin mengetahui keadaan Syafi’i.
Dan akhirnya sore itu Tiara memberanikan diri untuk menelepon Syafi’i dan
menanyakan bagaimana kabarnya saat ini, tapi ketika Tiara menelepon ternyata
yang mengangkat telepon itu adalah ayahnya Syafi’i dan memberitahu Tiara bahwa
sore itu Syafi’i sedang keluar rumah. “ hempt, kenapa mesti yang angkat ayahnya
sih !” gumam Tiara karna kecewa.
Nomor telepon Syafi’i itu didapat Tiara dari kakak sepupunya Syafi’i,
makanya Tiara bisa menghubungi Syafi’i kembali. Setelah menelepon Syafi’i dan
ternyata Syafi’i nya tidak ada di rumah, Tiara mencoba sms Syafi’i, dan
berharap smsnya dibalas. Malam hari pun tiba dan terdengar suara hp Tiara
berbunyi, kemudian Tiara ambil hpnya dan melihat ternyata itu sms balasan dari
Syafi’i. Tiara senang karna sahabatnya yang tidak pernah ia temui itu akhirnya
membalas smsnya. Mulai sejak itu mereka berdua berkomunikasi kembali dan
setelah beberapa lama smsan, Tiara memberanikan diri untuk mengajak Syafi’i
ketemu. “eh,, bisa ketemu gak hari ini ?” isi sms Tiara dan Syafi’i membalas
sms Tiara “boleh, ketemu dimana ra ?” Tiara pun membalas lagi “kita ke Harapan
Indah aja, nanti loe jemput gue ya, masih inget kan rumah gue ? loe jemput gue
jam 7 malam, okee !!” dibalas dengan cepat oleh Syafi’i “oke deh ra”
Jam pun menunjukkan pukul 7 malam, Tiara sudah rapi dan menunggu Syafi’i
jemput ke rumahnya untuk pergi ke Harapan Indah yang terletak tidak jauh dari
rumah Tiara. Setelah menunggu cukup lama, akhrinya Syafi’i datang ke rumah
Tiara, Tiara tersenyum dan Syafi’i pun membalas senyuman Tiara kemudian mereka
berdua pergi. Disana mereka berdua mengobrol dan terlihat mereka berdua
canggung satu sama lain, karna itu adalah kali pertama mereka bertemu setelah
dua tahun tidak bertemu. Walau canggung keduanya tetap terlihat asyik mengobrol
dan sepertinya waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam itu saatnya Syafi’i
mengantar Tiara pulang.
“Makasi ya, udah nganter gue pulang, loe hati-hati ya dijalan, sms ya
kalau udah sampai di rumah.” Kata Tiara. Syafi’i hanya berkata “iya ra (sambil
tersenyum)”. Malam itu adalah malam yang membuat hati Tiara senang, karna Tiara
bisa bertemu sekaligus mengobrol dengan Syafi’i sahabatnya. Sejak saat itu
persahabatan mereka semakin erat dan erat…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar