Minggu, 10 November 2013

Tugas Softskill (Revisi Artikel Induktif-Deduktif)


Trust dan Prospek Ekonomi
(Induktif)

Kepercayaan (trust) merupakan syarat mutlak efektivitas kebijakan ekonomi. Faktor ini pula yang menjadi pendorong kesepakatan Kongres Amerika Serikat terkait pagu utang (debt ceiling) untuk terhindarkan dari status gagal bayar (default). Baik kubu Demokrat dan Republik sangat khawatir kepercayaan dunia terhadap ekonomi Amerika Serikat akan merosot dan hilang apabila tidak segera ada solusi sementara atas kebuntuan anggaran. Tidak hanya Amerika Serikat, bagi semua negara, menjaga kepercayaan pelaku usaha dan masyarakat merupakan tugas yang amat penting untuk menjaga prospek ekonomi tetap positif.
Biaya transaksi akan dapat ditekan dan pelaku pasar akan lebih yakin prospek doing-business. Begitu sebaliknya, rendahnya kredibilitas dan legitimasi mengakibatkan biaya transaksi semakin mahal. Hal ini tercermin antara lain dengan semakin tingginya Yield Surat Utang Negara (SUN), menurunnya kredit rating, dan berkurangnya investasi di sektor riil dan infrastruktur di suatu Negara. Jika itu dilihat secara teoritis, tingginya kepercayaan akan membuat roda perekonomian berjalan secara lebih efisien dan efektif.
Bagi Indonesia, upaya meningkatkan kepercayaan para pelaku pasar dan konsumen secara konsisten terus dilakukan. Pasca krisis multidimensi 1997-1998, upaya mengembalikan kepercayaan dunia usaha kepada ekonomi Indonesia dilakukan secara komprehensif dan fundamental. Hal ini disebabkan karena pada saat itu krisis kepercayaan dialami hampir seluruh lembaga negara. Tidak terkecuali krisis kepercayaan kepada otoritas fiskal, moneter, lembaga politik, kepolisian, TNI dan lembaga negara lainnya. Membangun dan memulihkan kepercayaan bukanlah hal yang mudah dan sederhana. Tetapi sejarah mencatat, Indonesia merupakan sedikiti negara di dunia yang mampu memulihkan kepercayaan dalam waktu yang singkat.
Kepercayaan masyarakat atas kedaulatan ekonomi nasional dipulihkan melalui pelunasan hutang RI kepada IMF pada tahun 2006. Tidak lama berselang, di awal 2007, Consultative Group for Indonesia (CGI) juga kita bubarkan. Keberhasilan ekonomi Indonesia melalui sejumlah gejolak dan krisis dunia selama kurun waktu 2005-2008 masih harus diuji dengan Pemilu 2009. Setelah kita mampu melalui pesta demokrasi pada 2009, kepercayaan pelaku pasar baik dalam negeri maupun asing semakin meningkat. Beberapa waktu berselang setelah, sejumlah lembaga rating seperti Standard and Poors (S&P), Moodys Investor Service, Fitch Rating, dan R&I menaikkan posisi Indonesia masuk dalam kelompok negara investment-grade.
Tentunya kita semua berharap bahwa kepercayaan masyarakat dan pelaku pasar atas perekonomian Indonesia akan semakin baik lagi di masa depan. Kombinasi antara konsistensi kita terus menjalankan agenda reformasi, perbaikan terus menerus (continuous improvement), serta menjaga dan merawat lembaga-lembaga negara untuk tetap kredibel dan berintegritas perlu terus kita lakukan. Sampai saat ini, Indonesia menjadi sedikit negara yang mampu memulihkan kepercayaan masyarakat dan investor dalam waktu singkat setelah krisis ekonomi-politik yang sangat dalam. Tantangan berikutnya adalah terus menjaga serta memantapkan kepercayaan yang telah ada. Dinamika politik menjelang Pemilu 2014 perlu terus kita kelola agar stabilitas ekonomi-politik-keamanan tetap perjaga. Dengan hal ini, kepercayaan masyarakat dalam negeri dan dunia akan prospek stabilitas dan ekonomi Indonesia akan terus kita jaga dan tingkatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar